OLEH: SYAHRUDDIN ZEN
Malang: 14 Juli 2013
Dalam dunia ini banyak yang tidak mengerti bahwa hidup ini haruslah berbagi (snada)
Lantunan nasyid yang luar biasa menjadi sebuah insfirasi bagi kita semua, insan manusia yang hidup didunia dengan segala keangkuhannya, berjalan diatas bumi, menikmati indahnya segala ciptaan tuhan yang maha kuasa, gunung, lautan, dan keindahan yang lain, bak ukiran yang ada dalam hayalan manusia, ya… hanya hayalan saja, tak mampu berbuat, tak mampu mengembalikan sesuatu kepada keadaan sebelumnya, hanya mampu menikamati, memberikan kritikan dan ucapan, “SEAINDAINYA….. “
Itulah kehidupan, betapa banyak orang yang tidak mengerti atau tidak pernah mau mengerti, untuk apa ia diciptakan, kemana dia akan pergi, seolah-olah ia abadi seperti sang penciptanya, menganggap apa yang ia lakukan benar, boleh jadi apa yang ia lakukan benar tapi, siapa yang tau, apa yang bisa mengukur kebenaran, siapa yang menilainya, penilai yang terbaik, yang tidak pernah salah selain sang Khalik.
Tidakkah kita mau mengingat dan merenungkan, siapa kita, homo homoni socius kah, atau zon politicon kah, atau apakah kita homo homoni lupus yang mirip dengan hewan karnivora yang rela memangsa temannya sendiri demi memenuhi kebutuhan perutnya. Ya…. human homoni socius katanya, apakah hanya sekedar katanya atau benar adanya, bahwa kita hidup membutuhkan orang lain, manusia yang menyandang gelar sebagai makhluk sosial, rela berbagi dengan beraneka ragam perilaku yang berbeda, atau dari komunitas yang lain.
Manusia yang berakal pasti mengatakan iya, saya rela berbagi, karena saya membutuhkan teman, kawan dan komunitas, tapi bagimana dengan yang lain, yang hanya bisa saling menyakiti, seolah dunia adalah miliknya sendiri, wah… luar biasa ini lebih parah dari orang yang sedang kasmaran ia menganggap dunia milik berdua, masih mendingan, sedang yang lain hanya ngontrak harus membayar sewa, tapi bayar pada siapa..?
Penindasan, atau lantunan suara nyanyian bang Haji mungkin layak untuk kita “yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin”, bahkan sebenarnya kita haruslah malu dengan julukan yang diucapkan oleh Iwan Fals “manusia Setenga dewa”… waduh terlalu muluk, berlebihan, ya… berlebihan karena sesungguhnya kita bak seekor serigala yang lapar mencari domba yang terpisah dari gerombolannya, ya siap melahap dengan mata merah dan mulut menggangga, sikat dulu urusannya belakangan.
Marilah kita kembali merenungkan dengan khidman dalam dan benar-benar merenung, bahwa kita membutuhkan orang lain dalam hidup ini, kita tidak akan pernah bisa hidup sendiri, lihatlah banyak saudara kita yang masih membutuhkan uluran tangan kita, mereka tidak membutuhkan apa apa- hanya pengakuan bahwa aku juga saudaramu, ya aku saudaramu dan kamu saudaraku.
Aa Gym pernah mengatakan marilah kita mulai untuk berbenah, mulailah dari diri sendiri, mulai dari sini dan mulai dari sekarang, gampang bukan… mmmm,,,, benar gampang untuk diucapkan tapi implikasinya ntar saja lah kalau sudah tua, ya saat sudah tua, memang benar sih kita membutuhkan orang lain, karena keangkuhan sudah hilang, tak ada lagi yang bisa dibanggakan, hilang bersama berlalunya waktu, atau ntar kalau malaikat maut mau datang untuk mengantar surat dari sang Khaliq bahwa hidupmu telah berakhir, itu semua terlambat, sangat terlambat..
Jadi marilah kita berbenah sebelum semuanya berahir, ucapan Aa Gym bukan hanya sebuah kata-kata tapi harus diamalkan. Amalkan dan amalkan.
Kata bijak hari ini:
“kita dapat berenang di air seperti layaknya seekor ikan, kita juga dapat terbang di udara layaknya seekor burung, sekarang.. marilah kita belajar berjalan diatas permukaan bumi layaknya manusia”
***